Kamis, 01 Desember 2016

Purwakarta Paling Toleran di Jawa Barat

Purwakarta Paling Toleran di Jawa Barat


http://regional.kompas.com/read/2016/12/02/13361221/purwakarta.paling.toleran.di.jawa.barat


Jumat, 2 Desember 2016 | 13:36 WIB

Dok Humas Pemkab Purwakarta Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengeluarkan beberapa kebijakan untuk membangun toleransi. Di antaranya Satgas Toleransi Agama/Keyakinan, surat edaran Jaminan Beribadah dan Berkeyakinan, serta menambah fasilitas ruang ibadah sesuai keyakinan/kepercayaan masing-masing.
BOJONEGORO, KOMPAS.com – Peneliti sosial Kebebasan Berkeyakinan dan Beragama (KBB) Setara Institute, Halili Hasan, memperlihatkan paparan slidenya di depan peserta Festival HAM 2016. Seusai membacakan paparannya, dia melihat Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi.
"Ini di Jawa Barat lho, tempatnya Pak Dedi," ujar Halili pada Festival HAM 2016 di Bojonegoro, Kamis (1/12/2016).
Sambil tersenyum Dedi pun menjawab, "Di Purwakarta tidak begitu," tuturnya.
Slide tersebut menggambarkan penelitian yang dilakukan Setara Institute selama 2007-2015. Hasilnya menunjukkan Jawa Barat selalu menjadi juara umum dalam intoleransi kebebasan beragama dan berkeyakinan di Indonesia.
Data Setara Institut, tujuh daerah di Jabar masuk dalam 10 besar kota toleran terbawah di Indonesia. Yaitu Bogor, Bekasi, Depok, Bandung, Sukabumi, Banjar, dan Tasikmalaya. Mulai dari rumah ibadah, beasiswa dengan syarat diskriminatif, hingga layanan pendidikan keagamaan.
Namun, persoalan tersebut tidak terlihat di Purwakarta. Halili mengatakan, Dedi memiliki keberanian dalam membangun toleransi di daerahnya, meskipun tingkat intoleransi di provinsinya tinggi.

"Saya salut keberanian Bupati Dedi, yang berani menegakkan toleransi di tengah juaranya Jawa Barat dalam intoleransi," terangnya seusai seminar.

Salah satu bentuk keberanian Dedi adalah memberikan layanan pendidikan beragama bagi seluruh siswa muslim dan nonmuslim.
"Ini bentuk layanan pendidikan yang seharusnya dilakukan negara," terangnya.
Pemkab Purwakarta Cinta NKRI
Halili menilai, sikap intoletan bisa terbentuk dari tiga lingkungan, keluarga, masyarakat, dan pendidikan. Dua lingkungan itu adalah lingkungan dan masyarakat lebih sulit meminimalisir sikap intoleran. Karena itu, langkah Dedi sangat tepat dengan masuk ke lingkungan pendidikan. "Langkah yang tepat sehingga sejak dini ditumbuhkan rasa toleransinya sehingga bisa meminimalisir sikap-sikap intoleran," tuturnya.
Sebab, lanjut dia, hasil penelitiannya menyebutkan bahwa aktor tertinggi pelaku pelanggaran adalah pemda. Karena itu, untuk melawan intoleransi dibutuhkan kekuatan sipil yang tidak bersikap toleran pada kelompok-kelompok intoleran.
Apalagi, sambung Halili, kelompok intoleran biasanya berasal dari luar daerah tersebut. Dari beberapa kasus intoleran, pelakunya merupakan orang yang sama meskipun berbeda daerah. Namun, warga yang mengetahui hanya diam.
"Inilah yang harus didorong agar masyarakat membangun civilitas," ujarnya.

Sunda sangat toleran

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengeluarkan beberapa kebijakan untuk membangun toleransi. Di antaranya Satgas Toleransi Agama/Keyakinan, surat edaran Jaminan Beribadah dan Berkeyakinan, serta menambah fasilitas ruang ibadah sesuai keyakinan/kepercayaan masing-masing.
Kebijakan tersebut salah satunya diturunkan karena dalam sejarah dan keberadabannya orang Sunda merupakan suku bangsa yang sangat toleran.

"Sebagai orang yang tinggal di daerah pegunungan dan dataran masyarakat Sunda itu terinspirasi prinsip-prinsip air. Yakni, berwatak dingin, jernih, mengalir mengikuti kelok dan lekuk yang ujungnya melahirkan karakter masyarakat Sunda yang lembut, terbuka dan menyejukkan," tuturnya.
Begitu juga dalam sejarah peradabannya. Menurut Dedi, masyarakat Sunda tidak memiliki sifat merebut, mendominasi, dan menguasai, sehingga tidak ada catatan buruk sejarah yang bersifat imperium dalam karakter kepemimpinan dan kemasyarakatan.

Sifat terbuka masyarakat Sunda ini melahirkan sistem kehidupan berbasiskan silih asah, silih asih, silih asuh; saling mencerdaskan, saling mengasihi, dan saling mengayomi. Sifat tersebut melahirkan perilaku sosial nulung kanu butuh, nalang kanu susah, nganteur kanu sieun, nyaangan kanu poékeun, yang artinya menolong pada yang memerlukan, memberi pada yang kesusahan, memberi cahaya kepada yang mengalami kegelapan.
Sistem yang terbuka ini pun memberikan ruang yang luas pada kaum migran untuk hidup secara damai di tanah Sunda. Itu terlihat dari berdirinya berbagai tempat ibadah yang ada di tanah Sunda yang identik dengan Jawa Barat.

Namun, sifat diam dan cenderung menghindari kegaduhan orang Sunda dengan prinsip caina hérang, laukna beunang atau airnya jernih, ikannya dapat telah melahirkan sebuah kultur masyarakat yang terdominasi iklim perubahan.
Kegaduhan "intoleransi" pun muncul. Ini bisa karena pengaruh karakter migran atau masyarakar urban. Atau, bisa juga karena saking tolerannya masyarakat Sunda.
Saat ini, Jabar dikritik karena intoleran dan sudah risiko sebagai orang Jabar, Dedi harus menerima kritik tersebut.
"Masalah toleransi berkaitan juga dengan psikologi kepala daerah. Ada yang berjalan dengan ideologi Pancasila, ada pula yang menjaga popularitas sehingga memberi stigma negatif," ucapnya.
Menurut Dedi, kedua prinsip itu harus segera diterobos. Cara menumbuhkan toleransi lainnya adalah sikap tegas TNI/Polri terhadap kelompok intoleran.
Pertahanan TNI/Polri yang kendur membuat isu-isu sara tumbuh. Sedangkan masyarakat tidak memiliki cengkaraman kuat terhadap kelompok intoleran yang memiliki agresivitas tinggi.

"Mestinya dihadapi aparat. TNI/Polri merupakan institusi ideologis yang tidak terkena politis, harusnya bisa," tutupnya.
RENI SUSANTI/KONTRIBUTOR PURWAKARTA

Keluarga Muslim Cenderung Masukkan Anak di Sekolah Katolik




Kamis 01 Dec 2016, 17:10 WIB

 https://news.detik.com/bbc-world/d-3360106/survei-di-inggris-keluarga-muslim-cenderung-masukkan-anak-di-sekolah-katolik

Survei di Inggris: Keluarga Muslim Cenderung Masukkan Anak di Sekolah Katolik

BBC Magazine - detikNews
Survei di Inggris: Keluarga Muslim Cenderung Masukkan Anak di Sekolah Katolik (MAZUR/CATHOLICNEWS.ORG.UK) Perubahan dalam kependudukan membuat ribuan murid Muslim memilih belajar di sekolah-sekolah Katolik.
London - Lebih dari 26.000 bocah Muslim terdaftar di sekolah-sekolah Katolik di Inggris danWales.Untuk pertama kalinya sebuah sensus tahunan di sekolah-sekolah Katolik mengumpulkan informasi mengenai jumlah siswa dari agama-agama lain.
Kelompok terbesar murid-murid non-Katolik berasal dari 'cabang' agama Kristen lainnya, namun hampir sepersepuluhnya berasal dari keluarga-keluarga Muslim.
Pemerintah berencana untuk mendorong lebih banyak lagi sekolah-sekolah Katolik gratis yang dibuka.
Analisis ini menunjukkan bahwa, secara keseluruhan, hampir sepertiga dari lebih 850.000 murid dalam sistem sekolah Katolik tidak beragama Katolik - dari total hampir 290.000 siswa.
Mengubah populasi
Hal ini dapat mencerminkan perubahan demografi setempat dan migrasi - banyak sekolah Katolik melayani daerah yang mengalami penurunan jumlah keluarga-keluarga beragama Katolik.
Murid-murid Muslim merupakan kelompok non-Kristen terbesar, selain 63.000 siswa yang berasal dari keluarga-keluarga yang tidak beragama.
Murid Muslim di sekolah Katolik
(iStock) Para siswa Muslim di sekolah-sekolah Katolik bisa saja tidak menghadiri acara-acara keagamaan, namun mereka ingin turut serta, tutur seorang kepala sekolah.Finnuala Nelis, pimpinan St Patrick Catholic Voluntary Academy di Sheffield, mengepalai sebuah sekolah yang setengah dari murid-muridnya bukan penganut Katolik.
Ia mengatakan telah terjadi perubahan pada populasi setempat - dan dewasa ini para orang tua terkenal lebih memilih sekolah Katolik, meskipun mereka bukan Katolik.
Ini termasuk orang-orang beragama Kristen dari sejumlah gereja Afrika dan juga siswa-siswi Muslim.
Ia mengatakan ada siswa-siswa Muslim yang beribadah di masjid-masjid setempat secara teratur, yang menghadiri layanan keagamaan Katolik di sekolah.
Berbicara dengan para orang tua
Para orang tua dari siswa-siswa Muslim berhak untuk menarik anak-anak mereka agar tidak mengikuti perayaan keagamaan di sekolah, kata Nelis, tetapi mereka justru ingin anak-anak mereka ikut berpartisipasi.
"Ini bukan sebuah zona yang tidak nyaman" untuk berbicara tentang hal ini dengan para siswa atau orang tua, katanya.
Para siswa Muslim
(BBC) Sekolah-sekolah Muslim tidak begitu banyak jika dibandingkan dengan jumlah pemeluk agamanya.Para orang tua Muslim juga bisa meminta agar anak-anak mereka libur dari sekolah pada hari-hari raya Muslim, seperti Idul Fitri.
Ia mengatakan bahwa para orang tua non-Katolik memilih sekolah karena etos dan 'sistem nilai.' serta reputasi sekolah Katolik untuk 'standar pendidikan yang baik.'
Pemerintah ingin mengubah aturan bagi sekolah gratis untuk mendorong lebih banyak lagi sekolah-sekolah Katolik yang dibuka.
Pemerintah menganggap sekolah-sekolah Katolik menggabungkan keragaman etnis dengan standar yang tinggi. Di sekolah dasar Katolik, 37% siswa berasal dari etnis minoritas, lebih tinggi dari rata-rata nasional.
Tapi, muncul kritik bahwa memperluas sekolah agama akan mendorong segregasi sosial.
Daya tarik dari sekolah-sekolah Katolik untuk para keluarga Muslim mungkin juga mencerminkan fakta bahwa sekolah-sekolah Muslim sangat sedikit jumlahnya.
Di antara lebih dari 6.800 sekolah agama dalam sistem sekolah negeri, hanya ada 28 sekolah Muslim.
Paul Barber, Direktur Dinas Pendidikan Katolik, mengatakan sekolah-sekolah Katolik merupakan "lentera keragaman dan integrasi atas turun naiknya negara."

(nwk/nwk)