Selasa, 18 September 2018

Penjelasan Ilmiah Jasad Utuh saat Digali

Rabu 19 September 2018, 07:20 WIB
 
https://news.detik.com/berita/d-4218343/penjelasan-ilmiah-3-jasad-sekeluarga-di-ciamis-utuh-saat-digali

Penjelasan Ilmiah 3 Jasad Sekeluarga di Ciamis Utuh saat Digali

Kanavino Ahmad Rizqo - detikNews
Penjelasan Ilmiah 3 Jasad Sekeluarga di Ciamis Utuh saat Digali Salah satu jasad yang utuh di Ciamis (Foto: Istimewa)
Jakarta - Tiga jasad dengan kain kafan yang ditemukan masih utuh dan tak mengeluarkan bau busuk membuat heboh warga Ciamis, Jawa Barat. Beragam cerita pun menyertai fenomena tersebut.

Kondisi tiga jasad utuh ini diketahui saat pihak keluarga berniat memindahkannya karena lahan akan dibangun proyek perumahan, Selasa (18/9/2018). Selama ini lahan itu dijadikan makam keluarga.


Jasad itu atas nama Jalaludin yang sudah dikubur selama 35 tahun, Sasmita yang meninggal 14 tahun silam, dan Kaimita Nurkamila yang meninggal pada 2013 lalu.

Pihak keluarga, Adang Suherlan, mengenang sosok ayah dan kakeknya sebagai orang yang baik dan saleh. Mereka juga disebut sebagai figur yang bertangggungjawab kepada keluarga.

Adang pun tak kuasa menahan rasa haru saat melihat kondisi jenazah itu masih utuh. Dia berharap amal ibadah keluarganya diterima oleh Allah SWT.

"Pas lihat saya hampir pingsan dan menangis, serasa tidak percaya. Sangat terharu melihatnya, mudah-mudahan amal ibadah dari ayah, kakek dan keponakan saya benar diterima oleh Allah," kata Adang di kediamannya, Desa Handapherang, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Selasa (18/9/2018).


Fenomena jenazah yang ditemukan utuh setelah dimakamkan bertahun-tahun ini bukanlah yang pertama. Sebelumnya, cerita heboh soal jenazah awet di liang lahat datang dari tanah kubur di pinggir kali, Dusun Krajan, Desa Sukorejo, Kecamatan Bangalsari, Jember, Jawa Timur.

Pada 1 Februari 2018 lalu, banjir di desa tersebut membuat pagar makam ambrol ke sungai. Padahal di situ ada makam Sumini, perempuan yang sudah dimakamkan 10 tahun yang lalu.

Anak Sumini, Hasan, bermaksud menyelamatkan jenazah ibunya dari banjir. Hasan kaget karena ternyata jenazah ibunya itu masih utuh.

"Sungguh membuat saya dan saudara lain terkejut melihat ini. Padahal ibu sudah sekitar 10 tahun meninggal, biasanya sudah tinggal tulang. Tetapi ini tubuh masih utuh hingga ke kaki, dan lengkap dengan kain kafan berwarna agak kecoklatan," kata Hasan dengan terheran-heran, Senin (5/2).


Warga sekitar kemudian berbondong-bondong melihat fenomena ganjil ini. Para tetangga kemudian mengingat perilaku Sumini semasa hidup dulu. Sumini dikenal sebagai perempuan dengan perbuatan baik ke anak-anak dan tetangga, juga senang membantu warga.

Selain dua kejadian di atas, ada banyak lagi fenomena serupa yang menjadi cerita masyarakat di sejumlah daerah di Indonesia. Lalu bagaimana sebenarnya penjelasan ilmiah mengenai jasad yang masih utuh meskipun telah dimakamkan bertahun-tahun itu?

Diberitakan detikHealth, kejadian ini kerap kali dikaitkan dengan hal spiritual, namun secara ilmiah ada juga sebab material yang bisa menjelaskannya.

Dilansir dari Live Science, kejadian ini dikaitkan dengan adiposera, yaitu senyawa organik yang terbentuk melalui reaksi hidrolisis oleh bakteri anaerob pada jaringan adiposa (jaringan lemak) di dalam tubuh.

Dengan senyawa ini, lemak di jaringan lunak berubah menjadi zat seperti sabun keras sebuah proses yang disebut saponifikasi. Zat ini bertindak sebagai pengawet dan memperlambat dekomposisi (proses penguraian) normal.

Mengapa ada jenazah yang bisa awet karena adiposera dan ada yang tidak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adiposera sendiri secara optimal terbentuk bila jenazah berada pada lingkungan dengan kelembaban yang tinggi dan minim oksigen.
(knv/rna)

Minggu, 04 Februari 2018

Mencurigai Umat Kristen

Senin 05 Februari 2018, 10:24 WIB
https://news.detik.com/kolom/d-3850059/mencurigai-umat-kristen

Kolom Kang Hasan

Mencurigai Umat Kristen

Hasanudin Abdurakhman - detikNews
Mencurigai Umat Kristen Hasanudin Abdurakhman (Ilustrasi: Edi Wahyono)
Jakarta - Sebagai muslim saya malu melihat banyaknya perlakuan tidak adil yang dilakukan oleh sebagian orang Islam kepada umat Kristen. Mereka hendak beribadah, diganggu. Mau membangun gereja dipersulit. Hendak memberikan pelayanan sosial kepada sesama manusia, dihalangi. Kenapa kita ini?

Mereka melakukan kristenisasi, begitu tuduhannya. Apa itu kristenisasi? Mengajak orang masuk Kristen. Dalam bahasa Islam disebut berdakwah. Apa hukumnya berdakwah dalam ajaran Islam? Wajib. Sama halnya, umat Kristen juga punya kewajiban yang sama. Kenapa kita gusar dengan umat lain yang menjalankan kewajiban agamanya?

Tapi mereka menggunakan materi untuk mengiming-imingi orang. Lalu, apa bedanya dengan kita? Ajaran Islam mengajarkan bahwa muallaf adalah satu dari 8 golongan yang berhak menerima zakat. Muallaf itu tidak selalu berarti orang yang sudah masuk Islam. Ia dapat pula bermakna orang yang sudah condong kepada Islam.

Seberapa sahih tuduhan kristenisasi itu? Entahlah. Saya sendiri punya pengalaman yang berbeda. Di tahun 70-an tidak ada rumah sakit di Pontianak selain RS St. Antonius. Bahkan pemerintah pun seingat saya belum menyediakan RS. RSUD Sudarso baru dibuka tahun 1980.

Selama berpuluh tahun ini RS St. Antonius melayani warga, dari segala macam agama dan suku. Dengan adanya RSUD pun tetap banyak yang mereka layani, karena pengguna jasanya semakin banyak, seiring pertambahan penduduk. Ketika saya tinggal di Pontianak tahun 2004-2005, anak-anak saya juga dirawat di situ ketika sakit.

Kristenisasi? Sejauh yang bersinggungan dengan keluarga kami, tidak ada. Tidak ada yang pernah ditawari, diajak, terlibat dengan peribadatan Katolik. Murni mereka memberikan layanan kesehatan. Bahkan terhadap pasien yang menerima layanan gratis karena tidak mampu, juga tidak ada tawaran seperti itu.

Demikian pula halnya dengan layanan sekolah. Entah ada berapa ribu sekolah Katholik dan Protestan di Indonesia. Entah berapa juta anak-anak muslim sekolah di situ. Adakah yang punya data, berapa persen dari mereka yang masuk Kristen?

Ada sepupu saya yang waktu sekolah menumpang di rumah kami. Ayah saya, karena masih harus menyekolahkan banyak anaknya sendiri, tidak sanggup membiayai secara penuh untuk kemanakannya itu. Dia hanya menumpang tinggal dan makan saja. Sedangkan biaya sekolah, ia harus cari sendiri. Kepala SMA Santu Petrus Pontianak waktu itu memberi dia kemudahan. Ia boleh sekolah gratis di situ. Padahal itu adalah sekolah elite yang mahal.

Tak pernah ada ajakan masuk Katholik kepada saudara saya itu. Selama sekolah ia menjadi muazin di mesjid. Tak goyah sedikit pun imannya.

Karena itu saya tidak pernah mencurigai apapun pelayanan umat Katolik. Dalam keadaan masih banyak umat yang membutuhkan bantuan, tak pantas kita mencurigai layanan yang mereka berikan. Ketimbang mencurigai dan menghalangi, alangkah baiknya kalau umat Islam juga memperbanyak aktivitas pelayanan, melalui rumah sakit, sekolah, perpustakaan, dan lain-lain. Semakin banyak kita sediakan, makin banyak pula manusia yang terbantu.

Hasanudin Abdurakhman cendekiawan, penulis dan kini menjadi seorang profesional di perusahaan Jepang di Indonesia