Berdiri di Halaman yang Sama, Masjid dan Gereja Ini Jadi Simbol Toleransi
http://regional.kompas.com/read/2015/10/11/11130631/Berdiri.di.Halaman.yang.Sama.Masjid.dan.Gereja.Ini.Jadi.Simbol.Toleransi?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kknwp
MINAHASA TENGGARA, KOMPAS.com - Tingkat toleransi kehidupan beragama di Kampung Buyat Pante, Dusun 5, Desa Ratatotok Timur, Kecamatan Ratatok, Minahasa Tenggara ini sungguh terjaga. Hal ini tercermin dari bangunan masjid dan gereja yang didirikan di satu halaman tanpa pagar pembatas bahkan nyaris berimpitan.
Kubah Masjid An-Namira yang berhadapan dengan menara Gereja GMIM
Jemaat Lakban seakan menyampaikan pesan bahwa kerukunan antar kedua
pemeluk agama yang dianut sebagian besar warga di kampung itu menjadi
pemersatu.
Warga di sana sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan. "Bukan hanya tersimbolisasi dari kedua bangunan itu, tetapi selama ini saya tak pernah mendapati adanya gesekan horizontal atau hal lain di kedua pemeluk agama," ujar Pudin, warga Ratatotok, Minggu (11/10/2015).
Mendirikan dua bangunan ibadah yang digunakan secara rutin dalam satu halaman tentu bukan perkara mudah.
Butuh toleransi yang tinggi dari kedua umatnya terutama toleransi saat waktu ibadah bertabrakan.
Namun menurut Pudin, warga Kampung Buyat sebagaimana warga Sulawesi Utara pada umumnya, sangat menghargai sikap toleransi.
"Jelas ini menjadi kekuatan bagi kami semua di sini tetap menjaga tali persaudaran walau berbeda keyakinan. Harmonisasi itu juga terlihat pada saat ada perayaan hari raya. Misalnya saat Idul Adha, umat muslim yang menyembelih hewan kurban ikut membagikannya ke seluruh masyarakat tanpa memandang agama dan dari suku manapun," kata Pudin.
Kedua bangunan tersebut dibangun sejak tahun 2004 dengan dana partisipasi masyarakat setempat dan dibantu oleh PT Newmont Minahasa Raya yang dulunya mengoperasikan perusahaan tambang emas di sana.
Kini kedua bangunan yang berdiri di dekat lokasi wisata Pantai Lakban itu juga sering dijadikan tempat berfoto para wisatawan yang datang.
Mereka mengaku salut dengan toleransi yang disimbolkan dari kedua bangunan. Harapannya ke depan kedua tempat ibadah tersebut bisa menjadi ikon toleransi di Sulawesi Utara dan Indonesia pada umumnya.
Harapan kami di lokasi itu bisa pula dibangun berbagai fasilitas pendukung," kata Imam Masjid An-Namira, Ustaz Dahri Pakaya.
Warga di sana sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan. "Bukan hanya tersimbolisasi dari kedua bangunan itu, tetapi selama ini saya tak pernah mendapati adanya gesekan horizontal atau hal lain di kedua pemeluk agama," ujar Pudin, warga Ratatotok, Minggu (11/10/2015).
Mendirikan dua bangunan ibadah yang digunakan secara rutin dalam satu halaman tentu bukan perkara mudah.
Butuh toleransi yang tinggi dari kedua umatnya terutama toleransi saat waktu ibadah bertabrakan.
Namun menurut Pudin, warga Kampung Buyat sebagaimana warga Sulawesi Utara pada umumnya, sangat menghargai sikap toleransi.
"Jelas ini menjadi kekuatan bagi kami semua di sini tetap menjaga tali persaudaran walau berbeda keyakinan. Harmonisasi itu juga terlihat pada saat ada perayaan hari raya. Misalnya saat Idul Adha, umat muslim yang menyembelih hewan kurban ikut membagikannya ke seluruh masyarakat tanpa memandang agama dan dari suku manapun," kata Pudin.
Kedua bangunan tersebut dibangun sejak tahun 2004 dengan dana partisipasi masyarakat setempat dan dibantu oleh PT Newmont Minahasa Raya yang dulunya mengoperasikan perusahaan tambang emas di sana.
Kini kedua bangunan yang berdiri di dekat lokasi wisata Pantai Lakban itu juga sering dijadikan tempat berfoto para wisatawan yang datang.
Mereka mengaku salut dengan toleransi yang disimbolkan dari kedua bangunan. Harapannya ke depan kedua tempat ibadah tersebut bisa menjadi ikon toleransi di Sulawesi Utara dan Indonesia pada umumnya.
Harapan kami di lokasi itu bisa pula dibangun berbagai fasilitas pendukung," kata Imam Masjid An-Namira, Ustaz Dahri Pakaya.
Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:
Penulis | : Kontributor Manado, Ronny Adolof Buol |
Editor | : Desy Afrianti |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar