Sumber postingan Dr. Frans TB, PhD
https://web.whatsapp.com/
Dari fb sumanto al qurtuby
Perayaan Natal di Timur Tengah
Oleh Sumanto Al Qurtuby
Direktur Nusantara Institute, dosen King Fahd University, dan senior scholar Middle East Institute
Dari Jazirah Arabia, saya mengucapkan selamat merayakan Natal dengan penuh suka-cita kepada teman-teman Kristen dimanapun Anda berada. Tentu saja bagi yang merayakan 25 Desember ini. Bagi yang merayakan di bulan Januari nanti, ucapan Natal nanti menyusul. Semoga spirit cinta-kasih Yesus Kristus mewabah kemana-mana di dunia yang penuh sesak dengan kebencian dan permusuhan ini.
Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, pemandangan tahun ini cukup beda di Arab Saudi. Pohon Natal dan pernak-pernik Natal kini dipajang di mall-mall di berbagai kawasan di Arab Saudi seperti foto di bawah ini (courtesy: AFP). Tahun-tahun sebelumnya, masyarakat Kristen merayakan Natal secara terbatas dan nyaris susah menjumpai pernak-pernik Natal di mall dan ruang publik lain.
*
Bagi sebagian umat Islam di Indonesia, mungkin menganggap tidak ada Natalan di Timur Tengah. Anggapan itu keliru. Seperti umat Kristen di kawasan lain, umat Kristen di Timur Tengah juga merayakan Natal. Agama Kristen kan asalnya dari Timur Tengah, bukan dari Eropa, Amerika, Medan, Manado, Flores, Ambon, atau Papua. Yesus sendiri lahir di Bethlehem (“bait al-lahm”), Palestina. Jadi ya wajar kalau Natal juga dirayakan dengan meriah disini, apalagi di Palestina. Selain Bethlehem, Nazareth, dan Yerusalem juga ramai setiap Natal. Hanya saja tahun ini lain karena pademi Covid.
Ucapan populer Natal di kawasan Arab Timur Tengah adalah "Id al-Milad" yang kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi "Holiday of the Birth". Kata "Al-Milad" disitu menunjukkan khusus kelahiran Yesus. Kalau kelahiran orang lain, mereka menyebutnya "Id Milad" tanpa "al" atau "the" dalam Bahasa Inggris.
Dewasa ini diperkirakan ada lebih dari 20 juta populasi umat Kristen lokal ("pribumi") di Timur Tengah dan Afrika Utara yang tersebar di berbagai negara. Populasi ini belum termasuk umat Kristen migran yang seabrek jumlahnya tersebar di berbagai kawasan, khususnya Arab Teluk (Saudi, Oman, Bahrain, UEA, Kuwait dan Qatar).
Perayaan Natal di Timur Tengah khususnya sangat terasa di negara-negara yang populasi umat Kristen lokalnya cukup besar seperti Palestina, Libanon, Yordania, Suriah, Irak atau Mesir. Bahkan di sejumlah negara (seperti Yordania, Libanon, dan Irak), untuk menghargai umat Kristen, Natal dijadikan sebagai hari libur nasional. Khusus di Irak, penetapan hari libur Natal sejak 2008, sementara di Libanon tanggal 6 Januari juga dinyatakan sebagai hari libur Natal untuk menghormati Gereja Armenia.
Karena ada sejumlah denominasi dan kongregasi Kristen, perayaan Natal di Timur Tengah bukan hanya dirayakan pada 24/25 Desember saja tetapi juga pada tanggal 6 dan 17 Januari, tergantung pada keyakinan masing-masing atas kelahiran Sang Juru Selamat Yesus Kristus.
*
Setiap negara memiliki tradisi perayaan Natal yang khas dan unik. Di Palestina misalnya, pusat perayaan Natal terkonsentrasi di kota suci Bethlehem. Disini, ritual Natal digelar selama 3 kali dengan 3 bahasa dan di 3 waktu yang berbeda. Umat Kristen Protestan dan Katolik pada 24 Desember, umat Gereja Ortodoks Yunani pada 6 Januari, sedangkan umat Gereja Armenia pada 17 Januari. Pusat ritual Natal bukan di Church of the Nativity tetapi di Church of St Catherine of Alexandria.
Momen Natalan yang meriah ini juga dimanfaatkan oleh warga non-Kristen, termasuk ribuan umat Islam, untuk menikmati liburan dan turisme. Ahmad Najib misalnya, seperti ditulis Arab News, mengatakan, “The atmosphere of Xmas is beautiful, and in Bethlehem it is the most beautiful, especially on Xmas Eve. I am here with my family to enjoy taking pictures, and share with Christians their holidays just as they share ours.”
Biasanya dalam setiap Natal, para tokoh agama Kristen (Katolik maupun Protestan) memiliki tradisi “mencium kening orang tua” dari agama apapun sebagai simbol kasih-sayang antar sesama umat manusia.
Bukan hanya di Palestina saja, di Irak, perayaan Natal juga berlangsung sangat khidmat. Mereka biasanya memulai perayaan Natal dengan pembacaan "Manaqib Yesus" atau cerita sejarah tentang Yesus yang dibacakan oleh anak-anak. Setelah selesai pembacaan kisah Yesus, mereka kemudian membakar api unggun dari dahan, ranting dan duri-duri kering. Menurut kepercayaan umat Kristen Irak, kalau semua dahan api unggun tersebut menjadi abu, maka itu pertanda kebaikan dan keberuntungan akan datang di kemudian hari.
Di Mesir, Natal dirayakan pada 7 Januari, sesuai dengan kalender umat Kristen Koptik. Tradisi Natal umat Koptik di Mesir seperti tradisi Lebaran di Indonesia. Setelah menunaikan ibadah Natal, masing-masing keluarga Kristen menyantap "makanan tradisional Natal" bernama “fata” (campuran roti, daging, nasi) atau kalau di Indonesia semacam opor kupat / lontong lah kira-kira. Mereka kemudian mengunjungi tetangga, sanak-saudara dan menawarkan “fata” untuk disantap bersama.
Tradisi Natal di Suriah lain lagi. Anak-anak harus sabar menanti kedatangan onta muda yang akan membawa tiga orang bijak yang akan mengunjungi tempat Yesus dilahirkan. Tiga orang bijak itu, dalam perjalanan ke Bethlehem, akan membagi-bagikan hadiah kepada anak-anak (seperti Sinterklas).
Perayaan Natal paling meriah di Libanon. Maklum, populasi umat Kristen sangat besar disini. Bukan hanya Kristen Maronite saja tetapi juga dari gereja-gereja lain. Seperti di Barat, rumah-rumah, gedung-gedung, kantor dan mall penuh dengan dekorasi pohon Natal dan pernik-pernik lain guna menyambut kelahiran Yesus Kristus. Bahkan bukan hanya umat Kristen saja yang merayakan, kaum Muslim juga ikut-ikutan bersuka-cita menyambut dan memeriahkan Natal.
Demikian laporan singkat dari Timur Tengah. Semoga bermanfaat. Akhrul kalam, ijinkan saya mengutip kalimat asoy dari Kang Eddie Murphy: "Happy Christmas & Merry Holiday".π€